Usaha
pembibitan adalah usaha peternakan yang menghasilkan ternak untuk dipelihara
lagi dan bukan untuk dikosumsi (Suharno, 2012). Suharno (2012), menyatakan
bahwa ada 4 usaha pembibitan yaitu pembibitan untuk mengahasilkan ayam galur
murni (pure line), pembibitan untuk menghasilkan ayam pembibit buyut (great
grandparent stock), pembibitan untuk menghasilkan ayam pembibit nenek
(grandparent stock), dan pembibitan untuk menghasilkan ayam pembibit induk
(parent stock).
Ayam
pembibit atau parent stock adalah ayam penghasil final stock dan merupakan
hasil pemeliharaan dengan metode perkawinan tertentu pada peternakan generasi
grandparent stock (Sudaryani dan Santosa, 1993). Menurut North dan Bell (1990)
dalam Eko (2015), tipe ayam pembibit atau parent stock ada dua macam yaitu tipe
ayam pembibit pedaging dan tipe ayam pembibit petelur. Ciri ayam pembibit
pedaging yaitu bobot badan yang besar, jengger serta pial merah cerah, dan mata
nya bersinar.
Ayam
yang digolongkan tipe pedaging menghasilkan daging relatif banyak dalam waktu
yang cepat. Ayam tipe pedaging memiliki karakteristik penghasil telur yang
relatif lebih sedikit, bergerak lambat dan tenang, dewasa kelamin lebih lambat,
dan beberapa ayam tipe pedaging memiliki bulu kaki dan masih suka mengeram
(Sudaryani dan Santosa, 1993).
Parent Stock Strain
Cobb
Parent
stock ayam pedaging merupakan generasi keempat dari urutan silsilah pembibitan
ayam pedaging. Urutan pertama adalah pure line yang merupakan galur murni ayam
jantan dan betina yang memiliki potensi pertumbuhan yang baik dan dikembangkan
secara inbreeding, urutan kedua adalah great grandparent stock yang merupakan
ayam bibit dasar, urutan ketiga adalah grandparent stock yang merupakan ayam
bibit nenek, urutan keempat adalah parent stock yang merupakan ayam bibit induk
dan urutan terakhir adalah final stock (ayam niaga) yang merupakan produk akhir
pembibitan ayam ras dan tidak boleh disilangkan lagi (Sudaryani dan Santosa,
1993).
Pada
setiap strain bahkan dalam satu strain performance parent stock yang dihasilkan
berbeda-beda tergantung pada kondisi lingkungan dimana dikembangkan. Perusahaan
pembibitan dipastikan memilih strain yang mudah beradaptasi diberbagai kondisi
dan mampu menghasilkan telur tetas yang kualitasnya sesuai dengan permintaan
(Prambudi, 2007).
Salah
satu parent stock broiler breeder yang banyak dipelihara oleh perusahaan
pembibitan di Indonesia adalah parent stock strain Cobb. Menurut Prambudi
(2007), Parent stock strain Cobb merupakan bagian dari ayam pedaging dimana
mampu berkembang dengan cepat sehingga apabila kecukupan nutrisi untuk
pembentukan otot dan tulang tidak terpenuhi maka akan muncul gejala-gejala
kelumpuhan. Cobb-Vantress Inc sebagai perusahaan pembibitan ayam yang telah
menggunakan bioteknologi moderen mampu menghasilkan genetik yang baik dari
tahun ketahun. Seleksi yang ketat mampu menghasilkan strain yang unggul.
Prambudi
(2007), menambahkan bahwa strain Cobb yang saat ini dihasilkan oleh Cobb
Vantress Inc mempunyai keunggulan komparatif dibanding strain yang lain seperti
tingkat pertumbuhan yang cepat, breast formation yang baik, konversi ransum
yang semakin baik, mempunyai struktur tulang dan otot yang lebih baik, dan
mempunyai kualitas daging yang baik.
Pemeliharaan Parent
Stock
Sudaryani
dan Santosa (1993), menyatakan bahwa ayam pembibit induk (parent stock) adalah
ayam penghasil final stock dan merupakan hasil pemeliharaan dengan metode
perkawinan tertentu pada peternakan generasi grandparent stock. Pemeliharaan
ayam parent stock tidak berbeda jauh dengan pemeliharaan ayam final stock, yang
membedakan hanya tujuan dari pemeliharaannya, dalam hal ini yang diharapkan
adalah produksi dan daya tetas telur. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam menghasilkan produksi yang tinggi seperti kandang dan temperatur kandang.
Performance Parent
Stock
Salah
satu cara agar para peternak, perusahaan dan pelaku pembisnis lain bisa
mengukur keberhasilan dalam pemeliharaan parent stock pada fase starter maka
sangat berlaku performance yang didasarkan pada pertambahan bobot badan,
konsumsi pakan, konversi pakan, dan keseragaman (Miku dan Sumiati, 2010).
Pertambahan
bobot badan adalah penambahan bobot badan ayam pada selang waktu tertentu.
Rasyaf (2008), menyatakan bahwa pertambahan bobot badan dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
PBB
= BBt – BBt-1
Keterangan:
PBB
= pertambahan bobot badan
BBt
= berat badan pada waktu t
BBt-1
= berat badan pada waktu yang
lalu t
t =
dalam peternakan ayam biasanya dalam kurun waktu satu minggu Konsumsi pakan
adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak pada waktu tertentu. Konsumsi
pakan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
konsumsi pakan = jumlah pakan yang diberikan –
sisa pakan.
Menurut
Surwono (2013) dalam Sholikin (2011), konversi pakan adalah banyaknya pakan
yang dihabiskan oleh ayam dalam waktu tertentu untuk memproduksi telur atau
daging. Konversi pakan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Pertambahan bobot badan
Keseragaman
berasal dari kata seragam yang telah mendapat kata awalan maupun akhiran. Namun
terlepas dari itu arti dari kata keseragaman adalah menggunakan atau perlakuan
sesuatu yang berpredikat. Kegunaan keseragaman ini berbeda-beda ada yang
berguna untuk kemudahan pengelompokan dan ada juga yang berguna untuk
pencapaian suatu tujuan. Dalam pemeliharaan ternak berupa pembibitan maupun
penggemukan, keseragaman sangatlah penting artinya, misalnya keseragaman berat
badan bagi bakal indukan ayam pedaging maupun indukan petelur. Keseragaman
bobot badan ayam sangatlah penting diperhatikan dalam usaha pembibitan ayam,
karena keseragaman akan berpengaruh terhadap 7 tingkat produktivitas ayam.
Semakin tinggi keseragaman ayam dipelihara maka semakin bagus tingkat
produktivitas ayam (Tamrin, 2013). Rahayu et all (2011), menyatakan bahwa
keseragaman dapat dicari dengan langkah – langkah sebagai berikut:
· Hitung
rata-rata berat ayam.
· Buat
range berat plus atau minus 10% dari rata-rata tersebut.
· Hitung
jumlah ayam yang termasuk kedalam renge berat plus atau minus 10%
tersebut.
·
Terakhir cari
persentase keseragaman